Salah seorang pecinta sepak bola warga Medan, Jandri Hurabarat (25), di Medan, Rabu [29/12] , mengatakan, kegagalan tersebut terasa sangat “menyesakkan” mengingat begitu perkasanya timnas di babak penyisihan tanpa sekalipun mengalami kekalahan.
Bahkan, menurut dia, dibabak semifinal menghadapi Filipina, keyakinan timnas dapat tampil sebagai juara semakin menguat, mengingat rata-rata pemain Filipina merupakan pemain naturalisasi yang sebagian besar pernah merumput di Inggris.
Namun ternyata, Malaysia sendiri yang akhirnya berhasil tampil sebagai juara AFF 2010, dibabak penyisihan sempat digilas timnas dengan skor yang cukup telak 5-1. Meski akhirnya tim “Harimau Malaya” tersebut diputaran pertama final di Stadion Bukit Jalil Kuala Lumpur membungkam Gonjales dan kawan-kawan 3-0.
“Ketika kalah 0-3 di leg pertama, saya masih yakin timnas dapat membalasnya di Jakarta. Namun sungguh diluar dugaan kalau timnas akhirnya gagal merebut piala AFF 2010 meski menang 2-1 di kandang. Kebanggaan besar terhadap timnas, akhirnya padam begitu saja,” katanya usai nonton bareng menyaksikan laga timnas melawan Malaysia.
Ketua Umum Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) Sumut, Gus Irawan, mengatakan, meski gagal merebut piala AFF 2010, perjuangan timnas tetap dapat dijadikan motivasi bagi generasi muda Indonesia.
Perjuangan Firman Utina dan kawan-kawan melawan sejak menit-menit awal yang terus menekan barisan pertahanan Malaysia demi mewujudkan harapan untuk tampil sebagai juara, membuktikan bahwa mereka telah berupaya semaksimal mungkin.
“Kalau dikatakan kecewa tentunya rasa itu ada, tapi inilah sepak bola, soal kalah dan menang sudah biasa. Namun kedepannya ini akan menjadi pengalaman bagi kita semua bagaimana sebuah harapan itu harus diraih dengan perjuangan yang cukup keras meski hasilnya tidak seperti yang diharapkan,” katanya.
• Sekilas Tentang PSSI
PSSI (Persatuan Sepakbola seluruh Indonesia ) yang dibentuk 19 April 1930 di Yogyakarta. Sebagai organisasi olahraga yang dilahirkan di Zaman penjajahan Belanda, Kelahiran PSSI betapapun terkait dengan kegiatan politik menentang penjajahan. Jika meneliti dan menganalisa saat- saat sebelum, selama dan sesudah kelahirannya, sampai 5 tahun pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, jelas sekali bahwa PSSI lahir, karena dibidani politisi bangsa yang baik secara langsung maupun tidak, menentang penjajahan dengan strategi menyemai benih – benih nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia.
• Awal Mula Berdirinya PSSI
PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali ke tanah air Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda “Sizten en Lausada” yang berpusat di Yogyakarta. Disana ia merupakan satu – satunya orang Indonesia yang duduk dalam jajaran petinggi perusahaan konstruksi yang besar itu. Akan tetapi, didorong oleh jiwa nasionalis yang tinggi Soeratin mundur dari perusahaan tersebut.
Setelah berhenti dari “Sizten en Lausada” ia lebih banyak aktif di bidang pergerakan, dan sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepakbola, Soeratin menyadari sepenuhnya untuk mengimplementasikan apa yang sudah diputuskan dalam pertemuan para pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda) Soeratin melihat sepakbola sebagai wahana terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda, sebagai tindakan menentang Belanda.
Untuk melaksanakan cita – citanya itu, Soeratin mengadakan pertemuan demi pertemuan dengan tokoh – tokoh sepakbola di Solo, Yogyakarta dan Bandung . Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian ketika diadakannya pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta dengan Soeri – ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) bersama dengan pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan, yang selanjutnya di lakukan juga pematangan gagasan tersebut di kota Bandung, Yogya dan Solo yang dilakukan dengan tokoh pergerakan nasional seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A Hamid, Soekarno (bukan Bung Karno), dan lain – lain. Sementara dengan kota lainnya dilakukan kontak pribadi atau kurir seperti dengan Soediro di Magelang (Ketua Asosiasi Muda).
T I M N A S I N D O N E S I A T E L A H B E R J U A N G
WAJAH KEKECEWAAN TIMNAS INDONESIA
G A R U D A M E N A N G, T A P I B E L U M J U A R A
I R F A N B A C H D I M
G O N Z A L E S C I N T A G A R U D A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar